Wednesday, May 1, 2013

Idealis vs Pragmatis

Sebuah pekerjaan yang dilakoni seseorang pada umumnya akan berbanding lurus dengan gengsi dari orang yang menjalaninya. Demikianlah pandangan seseorang yang masih belum mempunyai tanggungjawab untuk bekerja. Namun akan lain critanya jika seseorang tersebut telah memiliki tanggungan untuk memberikan nafkah kepada orang lain yang hanya akan Ia dapat dengan bekerja.

Seseorang akan cenderung berpikiran pragmatis dengan lebih mengedepankan materi yang akan diperoleh atas apa yang ia kerjakan daripada lebih mementingkan apa yang sedang Ia kerjakan. Gengsi yang dimiliki pasti hilang. Inilah siklus nyata yang terjadi di sebagian kelompok masyarakat kita.

Pergesaran paradigma dari yang dulunya idealis menjadi pragmatis tentunya bukanlah merupakan suatu hal yang salah atau keliru. hal tersebut sah-sah saja selama memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya. Semua argumen dapat dibenarkan menurut akal dan hanya akan dapat dipatahkan menurut keyakinan masing-masing.

Lalu adakah kaitannya idealis vs pragmatis dalam beragama?

Dalam bergama kita kenal istilah ikhlas berbuat selamat dunia akhirat. Kalimat tersebut pantas diutarakan oleh mereka yang mempunyai idealis tinggi, dengan asumsi ketika bekerja hanya Rabb-lah yang dituju bukan yang lain. Mereka bekerja hanya mengharap ridhonya dan mensyukuri apa yang diberikan Tuhannya, berapa pun nominalnya. Lalu bagaimana dengan apabila  seseorang tersebut memiliki orang lain yang menjadi tanggungannya, misal anak istrinya. Hal tersebut tidak akan menjadi masalah apabila pekerjaan yang tengah dilakoni memliki profit yang cukup. Akan tetapi apabila tidak? pantaskah idealis seperti itu dipertahankan? atau mungkin malah akan tergeser dengan sendirinya selaras dengan berbagai kebutuhan keluarganya yang makin meningkat?

Berarti dalam hal ini pragmatisme harus dipelihara guna menjaga agar apa yang menjadi tanggungan kita dapat kita pennuhi hak-haknya. Pragmatisme cenderung mengedepankan hasil yang didapat dari apa yang diperbuat untuk mendapatkan hasil tersebut. Mengesampingkan ideologi-ideologi yang sebagian orang anut. Konsekuensinya orang akan akan cenderung mata duitan.

Oleh sebab itu, maka seseorang haruslah mampu menempatkan idealisme dan pragmatisme-nya dalam posisi yang seimbang terikat dengan situasi dan waktu yang kapan terjadinya. Dengan begitu akan tercipta karakter jiwa yang sesuai dengan nurani namun tetap manusiawi.

No comments:

Post a Comment