Monday, May 13, 2013

Kemiripan Bendera Isle of Man dengan Logo Cap Kaki Tiga

Isle of Man, mungkin nama tersebut terdengar asing bagi sebagian kita khususnya penduduk di wilayah Asia, terlebih Asia Tenggara. Isle of Man merupakan sebuah negara pulau yang berada dibawah kerajaan Inggris yang berada di kepulauan Britania.

Pulau ini terletak di barat Eropa dan dipit antara pulau utama Inggris dengan Irlandia dengan populasi penduduk lebih dari 75.000 jiwa.



Nah yang unik dari Isle of Man ini adalah bendera kebangsaan yang dimiliki mempuyai kemiripan dengan salah satu produk asing yang beredar di Indonesia. ntar pasti tw ndri !

Bendera negara ini yaitu berwarna latar merah dengan lambang tiga kaki orang laki-laki. Kaki-kaki tersebut berpangkal di paha dan dengan lutut yang menekuk ketiganya.




Nah loh . . .kayak apa coba benderanya !
Yapz seperti lambang merek minuman penyegar cap kaki tiga yang sekarang di produksi Kino. Sepintas saja jika diamati pasti kita dapat menyimpulkan bahwa lambang yang digunakan oleh keduanya memang mempunyai kemiripan.

Dari bentuk jenis kaki yang dipampang sama-sama milik seorang laki-laki. Ketiga kaki itu juga berpangkal di pahanya dan kesemuanya lututnya menekuk. Namun yang berbeda itu hanya arah menghadap kaki-kaki tersebut.



Bila dicermati kaki yang paling bawah, gambar kaki di Bendera Isle of Man, lututnya menghadap ke kiri. Sedangkan pada gambar lambang cap kaki tiga, kaki tiga lututnya menghadap ke kanan.

Sunday, May 12, 2013

RAGAM INDONESIA RAYA


Indonesia Raya merupakan lagu kebaangsaan Indonesia yang diciptakan oleh salah seorang putra terbaik bangsa, yaitu Wage Rudolf Soepratman atau yang lebih dikenal dengan W.R. Soepratman. Lagu ini pertama kali diperdengarkan ke publik pada saat hari Sumpah Pemuda II tanggal 28 oktober 1928.

Lagu ini selain sebagai lagu nasional juga sebagai spirit bagi seluruh rakyat Indonesia yang kala itu sedang bertempur untuk merebut hingga mempertahankan kemeredekaan dan kedaulatan tanah air.

Lirik lagu ini sebagaimana diketahui khalayak umum yaitu seperti:

Indoesia tanah airku, tanah tumpah daraku
Disanalah aku berdiri, jadi pandu Ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu
            Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
            Bangsaku, rakyatku, semuanya
            Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
            Untuk Indonesia raya
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya.......2x

Namun sebenarnya ada tambahan bait lagu Indonesia Raya yang jarang sekali kita dengar. Lirik lagu tersebut sebagaimana dibawah ini:

Indonesia tanah yang mulya, tanah kita yang kaya
Disanalah aku berada, untuk s’lama-lamanya
Indonesia tanah pusaka, p’saka kita semuanya
Marilah kita mendo’a “Indonesia bahagia”
Reff.
            Suburlah tanahnya, suburlah jiwanya
            Bangsanya, rakyatnya semuanya
            Sadarlah hatinya, sadarlah budinya
            Untuk Indonesia raya.

Dan juga:

Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri, ‘njaga Ibu sejati
Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji “Indonesia Abadi”
            Reff
            S’lamatlah rakyatnya, s’lamatlah putranya
            Pulaunya, lautnya semuanya
            Majulah negerinya, majulah pandunya
            Untuk Indonesia raya.

Bila dicermati lirik lagu tambahan yang pertama pada bait pertama kesemuanya berakhiran huruf “a”, sedangkan untuk lagu ke dua bait pertama berakhiran huruf “i”.

Lantas yang menjadi pertanyaan, apakah bait-bait ini merupakan bagian dari lagu Indonesia Raya yang ditulis oleh W.R. Soepratman? Insya Allah ya!

Akan lebih arif jika kita menjadikan ruh dari lagu ini sebagai pedoman berbangsa dan bernegara. Sebagai sarana mempersatukan segala dinamika tanah air ini. Sebagai alat untuk membangun masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dan sebagai salah satu dasar mewujudkan Indonesia yang abadi.

Friday, May 3, 2013

Mana yang harus didahulukan, Pemahaman yang benar atau Niatan yang benar?

Setiap orang pasti pernah melakukan suatu tindakan yang sebelumnya ia pikirkan masak-masak. Pemikiran tersebut cenderung mengarah pada dampak yang akan ditimbulkan setelah ia melakukan sesuatu tersebut. Jika dampak yang akan ditimbulkan akan menyebabkan kebaikan pada dirinya kemungkinan akan ia lakukan hal tersebut, namun jika sebaliknya maka yang ia lakukan juga sebaliknya.

Niatan yang baik tentang suatu hal akan sangat membantu seseorang untuk memotivasi dirinya sendiri. Minimal akan dapat menciptakan perspektif positis tentang apa yang akan dia lakukan. Niatan yang baik juga akan mengarahkan orang tersebut untuk melakukan hal tersebut dengan baik pula, dan secara otomatis akan mengeliminasi penyimpangan-penyimpangan dari perbuatan yang akan dia lakukan dengan sendirinya.

Misalnya seorang peternak pergi dengan membawa clurit pada pagi dini hari. Ia berniat hendak mencari rumput untuk pakan ternaknya. Kemudian lewatlah ia di sebuah jalan setapak dan kebetulan berpapasan dengan seorang ibu yang tidak dikenalnya yang hendak ke pasar. Tentunya jika ia memiliki niatan yang buruk sudah barang tentu ia akan menodongkan clurit itu ke sang ibu dan mengambil uang yang hendak dibelanjakan, akan tetapi lantaran niatan pergi sebelumnya adalah hendak mencari pakan ternaknya maka hal tersebut mustahil dilakukannya, karena memang pada dasarnya ia tidak berniat akan hal itu. Niatan yang baik itu juga akan terus menggiring sang peternak untuk mendapatkan rumput yang terbaik. Dan pastinya dengan tidak ada perasaan susah atau yang biasa kita sebut ngersulo.

Namun dalam perkembangannya niatan yang baik saja tidaklah cukup untuk menciptakan hasil yang mutlak positif. Terkadang niatan yang baik dapat keliru saat proses pengimplementasian dari apa yang dia niatkan sebelumnya. Penyimpangan perbuatan yang diniati baik sebelumnya merupakan bentuk dari kurangnya niatan yang benar pada apa yang ia hendak lakukan. Faktor utama dari sebuah penyimpangan atas kebaikan ialah karena kurangnya informasi.

Kurangnnya informasi akan menyebabkan pemahaman seseorang dangkal dalam mem-forcast dampak yang akan terjadi dari apa yang dia lakukan sekarang. Lalu ia akan mengambil sebuah keputusan dengan dasar pemikiran yang dangkal. Hasilnya akan memunculkan suatu hal yang mungkin benar menurutnya, namun belum tentu benar menurut norma dan nilai yang belaku.

Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang cukup untuk dapat menafsirkan dampak-dampak dari perbuatan yang akan terjadi dikemudian hari dari perbuatan yang kita lakukan sekarang. Pemahaman yang cukup pun harus diarahkan ke pemahaman yang benar karena suatu fenomena dalam kehidupan ini bagai sebuah pisau yang memiliki dua mata. Yang jika akan digunakan terserah sang pemilik mau memakai mata pisau yang mana. Sama halnya dengan cara pandang orang terhadap suatu masalah, tergantung bagaimana atau dari sudut pandang mana ia akan menyikapinya.

Secara sederhana dapat dicontohkan dari kisah roman klasik Robinhood. Ia merupakan seorang pencuri yang baik hati, yang memberikan hasil curiannya kepada rakyat miskin. Secara niatan dapat dikatakan ia memiliki hati yang luhur, namun cara penyelesaiannya yang keliru. Inilah yang saya maksudkan pemahaman yang keliru.

Lebih kompleks di jaman sekarang ini banyak orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang sebetulnya dilarang oleh norma-normma yang berlaku di masyarakat, baik norma susila, agama, sopan santun, dan lain sebagainya dengan alasan karena tuntutan ekonomi. Saya pun tidak menyalahkan yang demikian yang sedang terjadi di tengah-tengah sebagian besar masyarakat matrealis. Namun kembali lagi, Tuhan pun akan mementingkan proses bukan hasil. Tuhan akan menilai apa yang kita kerjakan untuk mendapatkan sesatu dan menilai pula sikap kita dalam menyikapi apa yang diberikanNya. Bukan seberapa besar hasil kita tetap seberapa sungguh kita melakukannya.

Jadi niatan yang benar harus ditunjang dengan pemahan yang benar pula supaya terjadi suatu proses dan hasil yang benar, dan sebaliknya apabila niatan yang benar ketika tidak dibarengi oleh pemahaman yang benar juga akan sia-sia. Lalu ketika seseorang melakukan perbuatan dengan didasari oleh pemahaman yang benar, namun niatan yang buruk itu tentunya hanya orang-orang yang menyerahkan dirinya pada kerugian karena ia melakukan perbuatan salah secara sadar. Na'udzubillah. Maka dari itu pemahaman yang benar harus lebih dikedepankan untuk keseluruhan perbuatan yang baik.

Sebuah Bintang di Lautan Asa !


(nostalgia desek)

Kalimat ini ku tulis bukan dengan noktah hitam namun hanya agar kau tahu dan tidak lebih dari itu. Mungkin lalu kau bertanya, “Terus jika aku sudah tau?”. Yaa . . . ku hanya ingin mengatakannya padaMu.

Bagi ku
Dirimu adalah wanita misterius
Hatimu bagaikan dinding tak bercelah
Sikapmu dingin bagai hawa di pagi ini
Pemikiranmu lebih tenang dari air yang tak beriak

Tak terasa baru 2 kali Desember aku mengenalmu
Namun kau menorehkan kekaguman dalam hati ini
Ya . . . kekaguman bagai Romeo pada Juliette
Bukan kekaguman seperti Aladin pada Zainab

Mungkin pula kau bertanya
“Aku pun tak pernah berniat akan hal itu?”
Memang itu tak pernah kau lakukan
Hanya diriku yang tak tau diri ini yang membukanya

Rasa ini terkubur sejak lama
Namun tak pernah berkarat dimakan usia
Hanya angan yang membuatnya bergairah
Dan cita yang menjadi akarnya

Aku pun tak menyadari
Sejak kapan rasa itu muncul?
Sejak kapan rasa itu mencuat?
Sejak kapan rasa itu menggembung?

Kurasa semenjak aku melihatmu untuk pertama
Ku tahu jika kau memang Manis
Sinar matamu menyiratkan keluguan waktu itu
Senyum tipismu menggoreskan ketulusan

Ya . . . itu lah yang ku rasakan
Auramu menembus raga ini hingga ke intinya
Auramu pula yang berputar di dalam kepala
Dan auramu juga memunculkan sanyum setiap ku memandangmu

Ternyata baru ku sadari
Hati ini tertambat padaMu
Engkau bagai Amarta Tirta
Yang memberi semangat dan kehidupan

Ku tak bisa menggambarkan perasaan itu
Tak ada kata
Tak ada tutur
Tak ada ucapan

Namun engkau berbeda
Berbeda dengan wanita-wanita yang pernah singgah
Engkau unik
Engkau misterius

Ku cari celah di hatiMu  untuk ku singgahi
Namun yang ku temukan hanya kehampaan
Yang ku temukan hanya kesia-siaan
Yang ku lihat hanya hal yang mustahil

Aku menyerah
Aku terlalu lelah untuk saat ini
Aku memohon maaf pada Mu
Pada engkau yang misterius

Aku mohon maaf
Beribu-ribu maaf
Karena kelancangan ku
Karena sikap ku

Dibalik sikap ku
Sikap yang selalu mengganggu hari-hariMu
Memang aku punya rasa itu

Ketahuilah . . .
Sikap yang kau miliki itu Anugerah
Tak semua wanita memilikinya
Tak semua gadis mempunyainya

Bagi seorang kesatria
Itu tanda keanggunan wanita
Tanda jika wanita itu mahal
Mahal bukan dalam harga, namun Nilai

Yang pantas diperebutkan para Pembesar
Pembesar negeri ini
Pembesar agama ini
Dan pembesar yang dirahmati

Niscaya kelak engkau akan mendapatkan
Sesuatu yang sepadan dengan engkau
Sesuatu yang tinggi
Sesuatu yang besar

Namun,
Terkadang ku bertanya
Dibalik sikap dinginMu
Adakah yang singgah di hati Mu saat ini?

Mungkin ya
Mungkin tidak
Ku tak mau berspekulasi
Ku tak mau mengekspektasi

Sekali lagi ku minta maaf
Entah kapan kau akan membaca sajak ku ini
Entah kapan pula kau akan mengerti

Jadilah dirimu yang saat ini
Diri dengan idealis yang tinggi
Diri dengan potensi yang besar
Diri dengan aura terakbar


Ditulis oleh yang engkau kenal.

Thursday, May 2, 2013

Korupsi Waktu

Seorang dosen saya pernah berkata dalam suatu forum yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu. Beliau berkata bahwa belakangan ini sering memikirkan tentang return yang Ia terima apabila dibandingkan dengan output yang telah Ia kerjakan.

Setelah Ia mulai merenungkan hal tersebut, akhirnya sampailah pada suatu konklusi bahwa apa yang Ia terima tidaklah sebanding dengan apa yang telah Ia kerjakan. Surplus untuk "penerimaannya".

Ia merasa bahwa sebenarnya sallary yang ditetapkan atas kinerjanya dalam satu periode, adalah untuk mengajar dengan jatah jam mengajar yang telah ditentukan bersama dan berlaku untuk semua pihak. Namun terkadang sering sekali jam mengajar itu berkurang lantaran memang telah terselesaikannya kontrak perkuliahan untuk tatap muka hari itu. Bisa saja sebenarnya beliau meneruskan hingga waktu normal perkuliahan berakhir, namun terkadang juga mahasiswa yang mengingnkan untuk selesai dan di amini sang dosen. Bagai buah simalakama.

Hal tersebut sangat lumrah dan sering sekali terjadi dan dengan tanpa sadar kita tidak menghiraukan dampak yang ditimbulkan atas apa yang telah kita kerjakan. 

Korupsi waktu mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kejadian dari permasalahn tersebut. Korupsi sendiri menurut saya berdasarkan KBBI ialah penyelewengan kas negara atau setaranya yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya yang tidak menciptakan suatu nilai tambah bagi masyarakat.

Dewasa ini makna dari korupsi sendiri meluas dari makna aslinya. Korupsi tidak hanya terjadi dengan menggelapkan uang, bisa saja dengan gratifikasi, menerobos traffictlight dan markah jalan, bahkan memangkas jam mengajar yang telah ditentukan bisa juga dimasukkan kategori korupsi.

Sebagai seorang pendidik saya pun akan sangat sering melakukan hal demikian. Misalnya ketika ditetapkan bahwa tiap tatap muka dilakukan dalam waktu 120 menit dengan fee 300.000 tiap tatap muka. Maka sejatinya setiap menitnya kita akan dibayar dengan 2.500. Lalu apakah 120 menit yang menjadi amanah kita tersebut telah kita dayagunakan secara penuh.

Ketika kita mengakhiri tugas mengajar 10 menit lebih awal, maka kita hanya menggunakan 110 menit saja dari waktu normal yang ditentukan dan seharusnya yang kita berhak terima ialah hanya 2.500 x 110 = 275.000, bukan 300.000 untuk setiap tatap muka.

Berarti ada 25.000 dari fee yang kita dapat yang sejatinya idak berasal dari apa yang kerjakan. Dalam sebulan, misal ada 25 hari, maka akan terakumulasi menjadi 625.000 yang bukan berasal dari keringat sendiri. Itu jika hanya 10 menit yang kita lepas. Inilah yang saya namakan uang uang siluman, karena wujudnya tampak namun asal muasalnya tak tampak.

Kemudian bagaimanakah hukumnya jika kita mengambil uang siluman tersebut, apakah salah? Insya Allah tidak! Bagaimana dengan kinerja kita yang kurang dari kesepakatan yang telah ditetapkan, salahkah? Insya Allah ya!

Kesalahan terjadi ketika kita tidak menjalankan atau hanya menjalankan sebagian dari apa yang mutlak telah menjadi amanah bagi kita, namun menerima keseluruhan upah atas apa yang telah dijanjikan kepada pribadi kita adalah hak kita dan boleh, selama tidak keseluruhan amanah yang kita emban dilalaikan, serta kelalaian tersebut tidak disengaja untuk kepentingan pribadi. Misal menyudahi jam kerja bukan lantaran tugas sudah terselesaikan, namun karena hendak menonton pertandingan bola yang itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan tugas yang kita kerjakan.

Akan tetapi secara moral akan terasa sangat mengusik hati bilamana kita terima uang siluman tersebut. Sesungguhnya perasaan terusik itu muncul karena hati kita yang ingin selalu menjaga kesucian dan kebersihan tentang apa-apa yang akan masuk ke diri dan keluarga kita. Kebenaran sejati hanya ada pada sutradara dunia yang telah memaktubkan semua peristiwa jauh diatas kepala.

Wednesday, May 1, 2013

Idealis vs Pragmatis

Sebuah pekerjaan yang dilakoni seseorang pada umumnya akan berbanding lurus dengan gengsi dari orang yang menjalaninya. Demikianlah pandangan seseorang yang masih belum mempunyai tanggungjawab untuk bekerja. Namun akan lain critanya jika seseorang tersebut telah memiliki tanggungan untuk memberikan nafkah kepada orang lain yang hanya akan Ia dapat dengan bekerja.

Seseorang akan cenderung berpikiran pragmatis dengan lebih mengedepankan materi yang akan diperoleh atas apa yang ia kerjakan daripada lebih mementingkan apa yang sedang Ia kerjakan. Gengsi yang dimiliki pasti hilang. Inilah siklus nyata yang terjadi di sebagian kelompok masyarakat kita.

Pergesaran paradigma dari yang dulunya idealis menjadi pragmatis tentunya bukanlah merupakan suatu hal yang salah atau keliru. hal tersebut sah-sah saja selama memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya. Semua argumen dapat dibenarkan menurut akal dan hanya akan dapat dipatahkan menurut keyakinan masing-masing.

Lalu adakah kaitannya idealis vs pragmatis dalam beragama?

Dalam bergama kita kenal istilah ikhlas berbuat selamat dunia akhirat. Kalimat tersebut pantas diutarakan oleh mereka yang mempunyai idealis tinggi, dengan asumsi ketika bekerja hanya Rabb-lah yang dituju bukan yang lain. Mereka bekerja hanya mengharap ridhonya dan mensyukuri apa yang diberikan Tuhannya, berapa pun nominalnya. Lalu bagaimana dengan apabila  seseorang tersebut memiliki orang lain yang menjadi tanggungannya, misal anak istrinya. Hal tersebut tidak akan menjadi masalah apabila pekerjaan yang tengah dilakoni memliki profit yang cukup. Akan tetapi apabila tidak? pantaskah idealis seperti itu dipertahankan? atau mungkin malah akan tergeser dengan sendirinya selaras dengan berbagai kebutuhan keluarganya yang makin meningkat?

Berarti dalam hal ini pragmatisme harus dipelihara guna menjaga agar apa yang menjadi tanggungan kita dapat kita pennuhi hak-haknya. Pragmatisme cenderung mengedepankan hasil yang didapat dari apa yang diperbuat untuk mendapatkan hasil tersebut. Mengesampingkan ideologi-ideologi yang sebagian orang anut. Konsekuensinya orang akan akan cenderung mata duitan.

Oleh sebab itu, maka seseorang haruslah mampu menempatkan idealisme dan pragmatisme-nya dalam posisi yang seimbang terikat dengan situasi dan waktu yang kapan terjadinya. Dengan begitu akan tercipta karakter jiwa yang sesuai dengan nurani namun tetap manusiawi.

testing !

tes . . . test . . .
tes . . . 1 . . . 2 . . . 3 !