Setiap orang pasti pernah melakukan suatu tindakan yang sebelumnya ia pikirkan masak-masak. Pemikiran tersebut cenderung mengarah pada dampak yang akan ditimbulkan setelah ia melakukan sesuatu tersebut. Jika dampak yang akan ditimbulkan akan menyebabkan kebaikan pada dirinya kemungkinan akan ia lakukan hal tersebut, namun jika sebaliknya maka yang ia lakukan juga sebaliknya.
Niatan yang baik tentang suatu hal akan sangat membantu seseorang untuk memotivasi dirinya sendiri. Minimal akan dapat menciptakan perspektif positis tentang apa yang akan dia lakukan. Niatan yang baik juga akan mengarahkan orang tersebut untuk melakukan hal tersebut dengan baik pula, dan secara otomatis akan mengeliminasi penyimpangan-penyimpangan dari perbuatan yang akan dia lakukan dengan sendirinya.
Misalnya seorang peternak pergi dengan membawa clurit pada pagi dini hari. Ia berniat hendak mencari rumput untuk pakan ternaknya. Kemudian lewatlah ia di sebuah jalan setapak dan kebetulan berpapasan dengan seorang ibu yang tidak dikenalnya yang hendak ke pasar. Tentunya jika ia memiliki niatan yang buruk sudah barang tentu ia akan menodongkan clurit itu ke sang ibu dan mengambil uang yang hendak dibelanjakan, akan tetapi lantaran niatan pergi sebelumnya adalah hendak mencari pakan ternaknya maka hal tersebut mustahil dilakukannya, karena memang pada dasarnya ia tidak berniat akan hal itu. Niatan yang baik itu juga akan terus menggiring sang peternak untuk mendapatkan rumput yang terbaik. Dan pastinya dengan tidak ada perasaan susah atau yang biasa kita sebut ngersulo.
Namun dalam perkembangannya niatan yang baik saja tidaklah cukup untuk menciptakan hasil yang mutlak positif. Terkadang niatan yang baik dapat keliru saat proses pengimplementasian dari apa yang dia niatkan sebelumnya. Penyimpangan perbuatan yang diniati baik sebelumnya merupakan bentuk dari kurangnya niatan yang benar pada apa yang ia hendak lakukan. Faktor utama dari sebuah penyimpangan atas kebaikan ialah karena kurangnya informasi.
Kurangnnya informasi akan menyebabkan pemahaman seseorang dangkal dalam mem-forcast dampak yang akan terjadi dari apa yang dia lakukan sekarang. Lalu ia akan mengambil sebuah keputusan dengan dasar pemikiran yang dangkal. Hasilnya akan memunculkan suatu hal yang mungkin benar menurutnya, namun belum tentu benar menurut norma dan nilai yang belaku.
Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang cukup untuk dapat menafsirkan dampak-dampak dari perbuatan yang akan terjadi dikemudian hari dari perbuatan yang kita lakukan sekarang. Pemahaman yang cukup pun harus diarahkan ke pemahaman yang benar karena suatu fenomena dalam kehidupan ini bagai sebuah pisau yang memiliki dua mata. Yang jika akan digunakan terserah sang pemilik mau memakai mata pisau yang mana. Sama halnya dengan cara pandang orang terhadap suatu masalah, tergantung bagaimana atau dari sudut pandang mana ia akan menyikapinya.
Secara sederhana dapat dicontohkan dari kisah roman klasik Robinhood. Ia merupakan seorang pencuri yang baik hati, yang memberikan hasil curiannya kepada rakyat miskin. Secara niatan dapat dikatakan ia memiliki hati yang luhur, namun cara penyelesaiannya yang keliru. Inilah yang saya maksudkan pemahaman yang keliru.
Lebih kompleks di jaman sekarang ini banyak orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang sebetulnya dilarang oleh norma-normma yang berlaku di masyarakat, baik norma susila, agama, sopan santun, dan lain sebagainya dengan alasan karena tuntutan ekonomi. Saya pun tidak menyalahkan yang demikian yang sedang terjadi di tengah-tengah sebagian besar masyarakat matrealis. Namun kembali lagi, Tuhan pun akan mementingkan proses bukan hasil. Tuhan akan menilai apa yang kita kerjakan untuk mendapatkan sesatu dan menilai pula sikap kita dalam menyikapi apa yang diberikanNya. Bukan seberapa besar hasil kita tetap seberapa sungguh kita melakukannya.
Jadi niatan yang benar harus ditunjang dengan pemahan yang benar pula supaya terjadi suatu proses dan hasil yang benar, dan sebaliknya apabila niatan yang benar ketika tidak dibarengi oleh pemahaman yang benar juga akan sia-sia. Lalu ketika seseorang melakukan perbuatan dengan didasari oleh pemahaman yang benar, namun niatan yang buruk itu tentunya hanya orang-orang yang menyerahkan dirinya pada kerugian karena ia melakukan perbuatan salah secara sadar. Na'udzubillah. Maka dari itu pemahaman yang benar harus lebih dikedepankan untuk keseluruhan perbuatan yang baik.
Niatan yang baik tentang suatu hal akan sangat membantu seseorang untuk memotivasi dirinya sendiri. Minimal akan dapat menciptakan perspektif positis tentang apa yang akan dia lakukan. Niatan yang baik juga akan mengarahkan orang tersebut untuk melakukan hal tersebut dengan baik pula, dan secara otomatis akan mengeliminasi penyimpangan-penyimpangan dari perbuatan yang akan dia lakukan dengan sendirinya.
Misalnya seorang peternak pergi dengan membawa clurit pada pagi dini hari. Ia berniat hendak mencari rumput untuk pakan ternaknya. Kemudian lewatlah ia di sebuah jalan setapak dan kebetulan berpapasan dengan seorang ibu yang tidak dikenalnya yang hendak ke pasar. Tentunya jika ia memiliki niatan yang buruk sudah barang tentu ia akan menodongkan clurit itu ke sang ibu dan mengambil uang yang hendak dibelanjakan, akan tetapi lantaran niatan pergi sebelumnya adalah hendak mencari pakan ternaknya maka hal tersebut mustahil dilakukannya, karena memang pada dasarnya ia tidak berniat akan hal itu. Niatan yang baik itu juga akan terus menggiring sang peternak untuk mendapatkan rumput yang terbaik. Dan pastinya dengan tidak ada perasaan susah atau yang biasa kita sebut ngersulo.
Namun dalam perkembangannya niatan yang baik saja tidaklah cukup untuk menciptakan hasil yang mutlak positif. Terkadang niatan yang baik dapat keliru saat proses pengimplementasian dari apa yang dia niatkan sebelumnya. Penyimpangan perbuatan yang diniati baik sebelumnya merupakan bentuk dari kurangnya niatan yang benar pada apa yang ia hendak lakukan. Faktor utama dari sebuah penyimpangan atas kebaikan ialah karena kurangnya informasi.
Kurangnnya informasi akan menyebabkan pemahaman seseorang dangkal dalam mem-forcast dampak yang akan terjadi dari apa yang dia lakukan sekarang. Lalu ia akan mengambil sebuah keputusan dengan dasar pemikiran yang dangkal. Hasilnya akan memunculkan suatu hal yang mungkin benar menurutnya, namun belum tentu benar menurut norma dan nilai yang belaku.
Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang cukup untuk dapat menafsirkan dampak-dampak dari perbuatan yang akan terjadi dikemudian hari dari perbuatan yang kita lakukan sekarang. Pemahaman yang cukup pun harus diarahkan ke pemahaman yang benar karena suatu fenomena dalam kehidupan ini bagai sebuah pisau yang memiliki dua mata. Yang jika akan digunakan terserah sang pemilik mau memakai mata pisau yang mana. Sama halnya dengan cara pandang orang terhadap suatu masalah, tergantung bagaimana atau dari sudut pandang mana ia akan menyikapinya.
Secara sederhana dapat dicontohkan dari kisah roman klasik Robinhood. Ia merupakan seorang pencuri yang baik hati, yang memberikan hasil curiannya kepada rakyat miskin. Secara niatan dapat dikatakan ia memiliki hati yang luhur, namun cara penyelesaiannya yang keliru. Inilah yang saya maksudkan pemahaman yang keliru.
Lebih kompleks di jaman sekarang ini banyak orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang sebetulnya dilarang oleh norma-normma yang berlaku di masyarakat, baik norma susila, agama, sopan santun, dan lain sebagainya dengan alasan karena tuntutan ekonomi. Saya pun tidak menyalahkan yang demikian yang sedang terjadi di tengah-tengah sebagian besar masyarakat matrealis. Namun kembali lagi, Tuhan pun akan mementingkan proses bukan hasil. Tuhan akan menilai apa yang kita kerjakan untuk mendapatkan sesatu dan menilai pula sikap kita dalam menyikapi apa yang diberikanNya. Bukan seberapa besar hasil kita tetap seberapa sungguh kita melakukannya.
Jadi niatan yang benar harus ditunjang dengan pemahan yang benar pula supaya terjadi suatu proses dan hasil yang benar, dan sebaliknya apabila niatan yang benar ketika tidak dibarengi oleh pemahaman yang benar juga akan sia-sia. Lalu ketika seseorang melakukan perbuatan dengan didasari oleh pemahaman yang benar, namun niatan yang buruk itu tentunya hanya orang-orang yang menyerahkan dirinya pada kerugian karena ia melakukan perbuatan salah secara sadar. Na'udzubillah. Maka dari itu pemahaman yang benar harus lebih dikedepankan untuk keseluruhan perbuatan yang baik.
No comments:
Post a Comment