(nostalgia desek)
Kalimat ini ku tulis bukan
dengan noktah hitam namun hanya agar kau tahu dan tidak lebih dari itu. Mungkin
lalu kau bertanya, “Terus jika aku sudah tau?”. Yaa . . . ku hanya ingin mengatakannya
padaMu.
Bagi ku
Dirimu adalah wanita
misterius
Hatimu bagaikan dinding tak
bercelah
Sikapmu dingin bagai hawa di
pagi ini
Pemikiranmu lebih tenang
dari air yang tak beriak
Tak
terasa baru 2 kali Desember aku mengenalmu
Namun
kau menorehkan kekaguman dalam hati ini
Ya .
. . kekaguman bagai Romeo pada Juliette
Bukan
kekaguman seperti Aladin pada Zainab
Mungkin pula kau bertanya
“Aku pun tak pernah berniat
akan hal itu?”
Memang itu tak pernah kau
lakukan
Hanya diriku yang tak tau
diri ini yang membukanya
Rasa
ini terkubur sejak lama
Namun
tak pernah berkarat dimakan usia
Hanya
angan yang membuatnya bergairah
Dan
cita yang menjadi akarnya
Aku pun tak menyadari
Sejak kapan rasa itu muncul?
Sejak kapan rasa itu
mencuat?
Sejak kapan rasa itu menggembung?
Kurasa semenjak aku
melihatmu untuk pertama
Ku tahu jika kau memang
Manis
Sinar matamu menyiratkan keluguan
waktu itu
Senyum tipismu menggoreskan
ketulusan
Ya . . . itu lah yang ku rasakan
Auramu menembus raga ini hingga ke intinya
Auramu pula yang berputar di dalam kepala
Dan auramu juga memunculkan sanyum setiap ku memandangmu
Ternyata baru ku sadari
Hati ini tertambat padaMu
Engkau bagai Amarta Tirta
Yang memberi semangat dan
kehidupan
Ku tak bisa menggambarkan perasaan itu
Tak ada kata
Tak ada tutur
Tak ada ucapan
Namun engkau berbeda
Berbeda dengan wanita-wanita
yang pernah singgah
Engkau unik
Engkau misterius
Ku cari celah di hatiMu
untuk ku singgahi
Namun yang ku temukan hanya kehampaan
Yang ku temukan hanya kesia-siaan
Yang ku lihat hanya hal yang mustahil
Aku menyerah
Aku terlalu lelah untuk saat
ini
Aku memohon maaf pada Mu
Pada engkau yang misterius
Aku mohon maaf
Beribu-ribu maaf
Karena kelancangan ku
Karena sikap ku
Dibalik sikap ku
Sikap yang selalu mengganggu
hari-hariMu
Memang aku punya rasa itu
Ketahuilah . . .
Sikap yang kau miliki itu Anugerah
Tak semua wanita memilikinya
Tak semua gadis mempunyainya
Bagi seorang kesatria
Itu tanda keanggunan wanita
Tanda jika wanita itu mahal
Mahal bukan dalam harga,
namun Nilai
Yang pantas diperebutkan para Pembesar
Pembesar negeri ini
Pembesar agama ini
Dan pembesar yang dirahmati
Niscaya kelak engkau akan
mendapatkan
Sesuatu yang sepadan dengan
engkau
Sesuatu yang tinggi
Sesuatu yang besar
Namun,
Terkadang ku bertanya
Dibalik sikap dinginMu
Adakah yang singgah di hati Mu saat ini?
Mungkin ya
Mungkin tidak
Ku tak mau berspekulasi
Ku tak mau mengekspektasi
Sekali lagi ku minta maaf
Entah kapan kau akan membaca sajak ku ini
Entah kapan pula kau akan mengerti
Jadilah dirimu yang saat ini
Diri dengan idealis yang
tinggi
Diri dengan potensi yang
besar
Diri dengan aura terakbar
Ditulis
oleh yang engkau kenal.